Tahapan produksi film

Tahapan Produksi terbagi dalam 5 tahap:
1. Development : Naskah ditulis dan disusun menjadi sebuah cetak biru yang bisa diterapkan untuk sebuah film.
2. Pra Produksi : Persiapan untuk syuting, penyeleksian artis dan kru film yang disewa, lokasi yang dipilih, dan pembangunan set.
3. Produksi : Elemen terpenting, penyelesaian dalam proses perekaman film
4. Pasca Produksi : Pengeditan Film, produksi suara (dialog) bersamaan dengan pengeditan (tapi terpisah), soundtrack/backsound/sound efek dibuat, dipilih dan direkam, dan ‘visual’ efek digital ditambahkan kemudian disatukan dengan gambar dan film sepenuhnya selesai (‘terkunci’).
5. Sales dan Ditribusi : Film dipilih kepada para calon pembeli (distributor), diambil oleh distributor, masuk ke bioskop dan atau rumah media lainnya.


1. Tahap Development
Pada tahap ini, produser menemukan sebuah cerita, yang mungkin berasal dari sebuah buku, permainan, film lain, kisah nyata, ide asli, dll. Setelah mengidentifikasi tema atau pesan yang mendasarinya, produser bekerja sama dengan scriptwriter untuk menyiapkan sinopsis. Selanjutnya mereka membuat garis besar yang memecah cerita ke dalam satu paragraf adegan yang berkonsentrasi pada struktur dramatis. Kemudian, mereka menyiapkan treatment, 25 sampai 30 halaman deskripsi cerita, suasana, dan karakter. Hal ini biasanya hanya memiliki sedikit dialog dan arah ekpresi, tetapi sering mengandung gambar yang membantu memvisualisasikan poin kunci. Cara lain adalah untuk menghasilkan scriptment sekali sinopsis diproduksi.
Selanjutnya, scriptwriter menulis skenario selama beberapa bulan. Skenario dapat ditulis ulang beberapa kali untuk meningkatkan dramatisasi, kejelasan, struktur, karakter, dialog, dan gaya keseluruhan. Namun, produser sering melewatkan langkah-langkah sebelumnya dan mengembangkan skenario yang diajukan investor, studio, dan pihak lain yang berkepentingan menilai melalui proses yang disebut script coverage. Seorang distributor film dihubungi pada tahap awal untuk menilai pasar dan kesuksesan finansial potensi film tersebut.
Para produser dan scriptwriter menyiapkan treatment dan menyampaikannya kepada pemodal yang berpotensial. Jika ini berhasil, film ini akan menerima ‘lampu hijau’, yang berarti seseorang menawarkan dukungan keuangan; biasanya sebuah studio film besar, dewan film, atau investor independen. Pihak yang terlibat menegosiasikan kontrak kesepakatan. Setelah semua pihak telah bertemu dan kesepakatan telah ditetapkan, film ini mungkin melanjutkan ke masa pra-produksi. Pada tahap ini, film harus memiliki strategi pemasaran yang jelas dan target audience.


2. Pra-produksi:
Persiapan perekaman dilakukan, yaitu ketika pemeran dan crew film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga tahapan ketika ide film diciptakan, hak buku/naskah dibeli, dll.
Produksi-Elemen mentah untuk film akhir direkam.
Pasca-produksi Film disunting: suara (dialog) produksi sekaligus disunting (namun terpisah), runut musik (dan lagu) diubah, dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik efek suara dirancang dan direkam efek visual grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital, semua elemen suara dicampurkan menjadi stem, kemudian sistem dicampurkan dan disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai. (“terkunci”).


TAHAP PRA PRODUKSI
A. ANALISIS IDE CERITA
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain: Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan, Cerita rakyat atau dongeng, Biografi seorang terkenal atau berjasa, adaptasi dari cerita di komik, cerpen, ataunovel.Dari kajian musik, dll.


B. MENYIAPKAN NASKAH SKENARIO
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film.


C. ME REKRUT PEKERJA FILM ( CREW )
Menyeleksi crew dari tiap departemen. Menentukan crew dari hasil show reel (report produksi). Menetapkan komposisi crew berdasarkan anggaran. Menyusun tim produksi.
a) Tim Non Artistik yang meliputi : Producer, Executive Producer, Line Producer,Production Manager dan Unit Manager.
b) Tim Artistik yang meliputi: Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Skrip Penata Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo Penata Artistik, Penata Rias dan Busana, Penata Lampu, Penata Suara da Penata Musik serta Penata Editing.


D. MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING
Jadwal atau working schedule disusun secararinci dan detail, kapan, siapa saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shotke berapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:
Penggandaan naskah skenario film untuk crew dan pemain, penyediaan kaset video, penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan, penyediaan property, kostum, make-up, Honor untuk pemain, konsumsi, akomodasi dan transportasi, menyewa alat jika tidak tersedia.


E. HUNTING LOKASI
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin. Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.


F. MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.


G. MENYIAPKAN PERALATAN
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film minimalis) dianatarnya: Clipboard, Proyektor, Lampu, Kabel Roll, TV Monitor, Kamera video S-VHS atau Handycam, Pita/Tape, Mikrophone clip-on wireless,Tripod Kamera, Tripod Lampu.


H. CASTING PEMAIN
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi budget/ pembiayaan yang dimiliki.


3. TAHAP PRODUKSI
Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan penciptaan sebuah karya film. Proses yang dalam kata lain biasa disebut dengan shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang yang paling bertanggung jawab dalam proses ini. Orang yang ikut dalam proses ini antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang mengatur cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set, make up, wardrobe dan lain sebagainya. Dan Soundman yang merekam suara. Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang sutradara, produseratau line produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi crew dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan adalah:


A. MANAJEMEN LAPANGAN
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal,yaitu:
Ø Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
Ø Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
Ø Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat )
Ø Crew koordinasi ( koordinasi paracrew ) Attitude dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran, pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk mencapai sukses. Berdo’a sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude yang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saat syuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.


B. KEGIATAN SHOOTING
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan crew sangat menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh karena itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui.
1. Shooting Outdoor, Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah : cahaya matahari (hard, soft) reflector (silver, gold) hujan buatan camera setting ( irish, speed, white balance,focus, crowd control ( working with ekstras )
2. Shooting Indoor, Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain : penggunaan lighting sederhana penggunaan filter make up pemilihan back ground monitor
3. Visual Efek Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan lebih menarik antara lain dengan :
Ø Reserve motion fast motion (normal lipsync),
Ø slow motion (normal lipsync),
Ø crhoma key (blue screen).
Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan yaitu: makan/logistic sewa peralatan film transportasi akomodasi telekomunikasi dokumentasi dan medis.


C. TATA SETTING
Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara menarik.


D. TATA SUARA
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas. Jenis mikrofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise(gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.


E. TATA CAHAYA
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya kewalitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek. Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan artis yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya. Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan uku.
Pembuatan film (sering disebut dalam konteks akademik seperti produksi film) adalah proses pembuatan film, dari cerita awal, ide, naskah, syuting, mengedit, mengarahkan dan penyaringan produk jadi dalam sebuah program televisi/film. Pembuatan film berlangsung di seluruh dunia dalam berbagai besar konteks ekonomi, sosial, dan politik serta menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinematik. Biasanya, ini melibatkan sejumlah besar para kru, dan membutuhkan lebih dari beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meskipun mungkin membutuhkan waktu lebih lama jika ada masalah dalam produksi.


4. Tahap Pasca Produksi
Di tahap ini, video/film dirakit/diedit oleh editor video/film. Penggunaan video modern dalam proses pembuatan film telah menghasilkan dua varian alur kerja: satu menggunakan sepenuhnya film, dan yang lainnya menggunakan campuran film dan video.


5. Tahap Distribusi
Ini adalah tahap akhir, di mana film ini dirilis ke bioskop atau untuk konsumen media (DVD, VCD, VHS, Blu-ray) atau download langsung dari penyedia. Film ini di-copy seperti yang diperlukan untuk distribusi ke bioskop. Press Kita, Poster, dan diterbitkan media iklan lainnya dan film diiklankan dan dipromosikan.
Distributor film biasanya merilis sebuah film dengan launching party, pers release, wawancara dengan pers, pemutaran press preview, dan pemutaran film festival. Kebanyakan film memiliki situs web. Film ini tayang di bioskop yang dipilih dan DVD biasanya dirilis beberapa bulan kemudian. Hak distribusi untuk film dan DVD juga biasanya dijual untuk distribusi di seluruh dunia dan Distributor berbagi keuntungan dengan PH.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur-unsur film DILAN 1990

Konvensi dalam tata suara