SHAZAM
Film SHAZAM
·
Data Film
Sutradara
|
|
Produser
|
|
Skenario
|
Henry
Gayden
|
Cerita
|
·
Henry
Gayden
|
Berdasarkan
|
|
Pemeran
|
|
Musik
|
|
Sinematografi
|
|
Penyunting
|
Michel Aller
|
Perusahaan
produksi |
|
Distributor
|
|
Tanggal
rilis
|
·
2 April 2019 (Indonesia)
·
5 April
2019 (Amerika Serikat)
|
Durasi
|
|
Negara
|
Amerika Serikat
|
Bahasa
|
Inggris
|
Anggaran
|
|
Pendapatan
kotor
|
·
Ringkasan isi Film:
Film 'Shazam!'
mengajarkan kepada penonton setidaknya dua hal: kadang film tak sebagus
trailernya, dan terlalu banyak candaan dalam film itu sebenarnya membosankan.
Menyakitkan, tapi itulah yang terjadi pada film rilisan DC terbaru ini.
Film
Shazam! dibuka dengan adegan Thaddeus Sivana yang berkendara di atas mobil
bersama kakak dan ayahnya. Selama perjalanan, sang kakak dan ayah berulang kali
membully Sivana. Akibat bully itulah, Sivana bertekad membuktikan kehebatan
dirinya meski dengan menjadi supervillain.
Sejak awal, Shazam! sudah menampilkan komedi, seperti saat memperkenalkan Billy Batson (Asher Angel), bocah 14 tahun dari panti asuhan dan mampu mengubah diri dari bocah menjadi sosok pria dewasa (Zachary Levi) berkekuatan super hanya dengan mantra khusus, Shazam!.
Komedi juga muncul saat film mulai fokus mengisahkan perjalanan Billy mendapatkan kekuatan super itu. Salah satunya, ketika ia berinteraksi dengan sahabatnya, Freddy Freeman sebagai satu-satunya orang yang mengetahui hubungan Billy dengan Shazam.
Film ini juga menunjukkan alasan klise mengapa Billy diberi kesempatan untuk menjadi superhero setelah bertemu penyihir dalam sebuah kesempatan. Billy adalah anak yang baik.
Sampai pada titik ini, Shazam! masih terasa nyaman berkat ragam adegan yang seimbang. Baik komedi, drama, dan laga masih saling melengkapi serta proporsional. Pada tahap ini, Shazam! bahkan bisa mengaduk-aduk perasaan penonton.
Namun sayangnya, upaya DC membuat film yang lebih terasa 'cerah' dan menyenangkan terlalu besar sehingga membuat 'gumoh'.
Perjalanan menyenangkan menyaksikan Shazam! mulai terganggu ketika pahlawan DC itu sudah sering tampil, yang kemudian dibarengi dengan intensitas lawakan di depan layar.
Komedi yang diberikan oleh film garapan David F Sandberg ini justru melemahkan unsur superhero sebagai identitas film. Selain itu, intensitas unsur komedi yang tinggi menimbulkan kejenuhan.
Hal itu terjadi ketika Shazam melawan musuhnya, Dr Thaddeus Sivana (Mark Strong). Alih-alih berisi laga nan menegangkan, malah ditampilkan lawakan yang menghancurkan momen pertarungan seorang superhero.
Apalagi, tipikal lawakan yang ditampilkan terlalu mudah ditebak karena hanya menggunakan satu cara, yaitu dimulai dengan percakapan lalu disempilkan dialog candaan. Dan hal itu dilakukan dari awal hingga akhir. Bosan.
Penampilan Shazam! yang mengecewakan ini menegaskan anggapan bahwa DC telah menggadaikan identitas serta ciri khasnya demi uang.
DC selama ini dikenal dengan gaya bercerita yang gelap sama sekali tak dimunculkan dalam 'Shazam!'. Bahkan, film ini terbilang terlalu 'cerah'.
Mungkin DC sudah kadung ingin mengikuti jejak Aquaman dan Wonder Womanyang sedikit berbeda dibanding riwayat film DC sebelumnya namun berhasil mendulang pundi-pundi.
Meski demikian, kualitas akting Levi sebagai Shazam patut diapresiasi. Ia sangat sukses berakting sebagai anak berusia 15 tahun. Pun dengan akting Strong sebagai penjahat super yang nampak sangat bengis.
·
Hasil
Analisis
Potongan-potongan
perjalanan ini dimulai dari kisah Billy Batson yang tengil. Ia selalu kabur
dari panti asuhan hanya untuk mencari apa yang paling diinginkannya di dalam
hidup. Sayang, Billy kehilangan arah.
Bahkan,
ketika ia mendapatkan kekuatan yang menjadikannya seseorang dengan kekuatan
super bernama Shazam, ia masih kehilangan arah. Ia tidak pernah tahu potensi di
dalam dirinya sendiri. Tak peka dengan kekuatan yang ia miliki, Shazam justru
terkenal karena channel YouTube
yang dikelolanya bersama Freddy Freeman (Jack Dylan Grazer)
Padahal
ia punya ‘keluarga’ yang menjadi kunci dari kekuatannya. Shazam! Bukanlah
tipikal film superhero DC
lain yang selama ini kamu pernah tonton.
Bukan
seperti Batman yang meratapi kepedihannya, Superman yang binggung dengan setiap
pengambil keputusannya, atau Aquaman yang harus membereskan tahta di relung
Atlantis untuk menasbihkan dirinya sebagai penguasa laut.
·
Kesimpulan
Seseorang
yang berlaku baik tanpa mengharap imbalan orang lain itu layak disebut juara.
Batson adalah buktinya. Ia diwarisi mantra sihir oleh anggota terakhir dewan
sihir bernama Shazam (Djimon Hounsou) akibat kebaikannya menolong Freddy (Jack
Dylan Grazer) dari pembullyan senior di sekolahnya. Saat Batson berada terbawa
ke Rock of Eternity, ia pun tak berharap mendapat kekuatan dari dewan sihir.
Sikap kebaikan dan ketulusan itulah yang membuat Batson pantas mewarisi
kekuatan Shazam!.
Komentar
Posting Komentar